Ibadah shalat tarawih adalah salah satu ibadah sunnah yang sangat dianjurkan untuk dilaksanakan oleh orang Islam ketika memasuki bulan suci Ramadhan. Ibadah ini hanya ada dan didirikan pada bulan Ramadhan saja, bulan-bulan yang lain tidak pernah diajarkan. Itulah mengapa ibadah shalat tarawih begitu istimewa.
Tarawih berarti ‘istirahat‘, oleh karena itu pada pelaksanaan ibadah tarawih diselingi dengan ‘istirahat’, dengan disunnahkan duduk beberapa saat setelah selesai salam kemudian memperbanyak dzikir kepda Allah SWT dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, baik itu di setiap rakaat kedua maupun pada rakaat keempat, semuanya itu dikerjakan dalam keadaan khusyuk serta tidak tergesa-gesa, adab perlu diperhatikan, jangan terlalu cepat bacaan dzikirnya agar tata cara bacaan dan tajwitnya sesuai atau benar.
Sejarah Shalat Tarawih
Tarawih adalah shalat sunnah yang paling istimewa dan hanya ada di bulan Ramadhan. Shalat tarawih memang ada perbedaan pengamalan dalam hal jumlah rakaat, namun hal itu tidak perlu kita permasalahkan, semuanya benar, tidak ada yang salah karena semuanya punya dalil dan pegangan tersendiri. Yang salah adalah mereka yang tidak melaksanakan ibadah sunnah yang mempunyai banyak keutamaan ini.
Kita hanya perlu memahami bahwa Rasulullah SAW mengerjakan delapan ditambah tiga rakaat pada sebuah hadis yang panjang, dimana maknanya adalah bahwa Rasulullah SAW mau memperoleh pahala pada ayatnya yang panjang.
Sementara pada masa pemerintahan khalifah Umar bin Khattab, diangkat Ubay bin Ka’ab menjadi imam dengan ayat yang singkat dimana satu malamnya satu jus dengan rakaat yang banyak, yakni 20 rakaat ditambah 3 rakaat witir, yang dimana menunjukkan bahwa para sahabat waktu itu ingin memperoleh pahala yang banyak dari jumlah rakaat.
Itulah sebabnya al-Hafiz Ibnu Hajar al-Asqalani mengatakan setelah menggabungkan beberapa riwayat, bahwa perbedaan tersebut ada pada panjang dan pendeknya bacaan; kalau ayatnya panjang maka rakaatnya sedikit (inilah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, sebelas rakaat), jika ayatnya pendek maka jumlah rakaatnya diperbanyak (inilah yang diamalkan oleh para sahabat).
Jika kita lihat dalam sejarah, shalat tarawih diamalkan oleh Rasulullah SAW pertama kali pada tanggal 23 Ramadhan pada tahun kedua Hijriyah, tetapi pada waktu itu Nabi SAW mengerjakannya tidak hanya di dalam masjid, tetapi beliau kadang melakukannya di rumah.
Tata Cara Shalat Tarawih
Tata cara shalat tarawih tidak jauh berbeda dengan shalat sunnah lainnya, tata cara shalat tarawih dilaksanakan setiap 2 rakaat 1 salam, hal ini berdasarkan ajaran Nabi SAW:
Dari Ibnu Umar ra, bahwasanya ada seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah SAW mengenai shalat malam, kemudian Rasulullah SAW menjawab, ‘Shalat malam itu masing-masing dua rakaat, maka apabila seseorang khawatir akan tiba waktu subuh, hendaklah dia shalat satu rakaat untuk mengganjilkan rakaat shalat yang telah dia kerjakan.’ (Muslim 2/172)
Jumlah rakaat shalat tarawih sesuai dengan sunnah Rasulullah SAW yakni sebelas rakaat, terdiri dari delapan rakaat shalat tarawih dan tiga rakaat shalat witir. Sementara Umar bin Khattab mengamalkan dua puluh rakaat shalat tarawih kemudian ditambah dengan shalat witir tiga rakaat.
Namun perlu kita pahami bahwa shalat tarawih yang dilaksanakan oleh Nabi Muhammad SAW adalah dengan surah-surah panjang dan penuh kekhusyuan. Oleh karena itu, mengikuti Nabi SAW maka kita mendapatkan pahala dengan ayatnya yang panjang, sementara jika kita mengikuti sahabat Nabi, Umar bian Khattab yang dua puluh rakaat, kita mendapatkan pahala dari jumlah rakaatnya yang banyak, insyaAllah. Oleh karena itu tidak perlu dijadikan sebuah permasalahan, apalagi sampai diperdebatkan.
Shalat tarawih disunnahkan dikerjakan secara berjamaah. Hal tersebut berdasarkan hadis dari Aisyah ra:
“Rasulullah SAW pada suatu malam keluar dan shalat di masjid, orang-orang pun ikut shalat bersamanya, dan mereka memperbincangkan shalat tersebut hingga berkumpullah banyak orang. Ketika beliau shalat, mereka pun ikut shalat bersamanya, mereka memperbincangkannya lagi hingga bertambah banyak penghuni masjid pada malam ketiga. Ketika malam keempat masjid tidak bisa menampung jamaah, hingga beliau hanya keluar untuk melakukan shalat subuh. Setelah selesai shalat, beliau menghadap manusia dan bersyahadat kemudian bersabda: “Amma ba’du, sesungguhnya aku mengetahui perbuatan kalian semalam, namun aku khawatir diwajibkan atas kalian, sehingga kalian tidak mampu mengamalkannya.” Rasulullah SAW wafat dalam keadaan tidak pernah lagi melaksanakan shalat tarawih secara berjamaah.” (Hadis riwayat Bukhari 3/220 dan Muslim 761)
Niat Shalat Tarawih dan Witir
Niat shalat tarawih
Niat shalat witir 3 rakaat satu salam:
Niat shalat witir 2 rakaat satu salam:
Niat shalat witir 1 rakaat:
Bacaan Shalat Tarawih
Bacaan shalat tarawih sama saja dengan bacaan shalat wajib ataupun shalat sunnah lainnya, hanya jumlah rakaatnya yang dua dua rakaat lalu salam.
Jumlah Rakaat Shalat tarawih
Umat Islam Indonesia secara umum melaksanakan shalat tarawih dengan jumlah rakaat 8 (kemudian ditambah 3 rakaat shalat witir), tetapi ada juga sebagian yang melaksanakan 20 rakaat (tambah 3 rakaat shalat witir). Bahkan jika membaca sejarah Imam Malik, beliau pernah melaksanakan shalat tarawih berjumlah 36 rakaat sebagaimana yang dilaksanakan oleh para penduduk madinah.
Shalat tarawih ini dapat dilaksanakan dengan dua macam cara, yakni:
- Setiap dua rakaat lalu salam
- Setiap empat rakaat lalu salam (tanpa tasyahud awal)
Namun yang paling baik yakni satu salam setiap dua rakaat, hal ini karena hadis Rasulullah SAW yang mengatakan bahwa shalat malam itu sebaiknya dilaksanakan dengan hitungan dua rakaat dua rakaat.
Setelah shalat tarawih selesai kemudian dilanjutkan dengan melaksanakan shalat sunah witir tiga rakaat. Shalat sunnah witir ini bisa dikerjakan tiga rakaat salam (tiga rakaat sekaligus tanpa tasyahud awal), atau pertama dikerjakan dua rakaat, kemudian satu rakaat.
Rukun Shalat Tarawih
Pada pelaksanaannya, rukun shalat tarawih tidak ada perbedaan dengan rukun shalat yang lain.
Waktu Pelaksanaan Tarwih
Mengenai waktu pelasanaan shalat tarawih adalah mulai setelah shalat isya (sebelum shalat sunnah witir) hingga terbit fajar shadiq (masuk waktu subuh). Namun tradisi yang sering dikerjakan pada masyarakat Islam di Nusantara yakni shalat tarawih dilaksanakan setelah shalat fardhu Isya berjamaah, biasanya dimulai dengan ceramah singkat (kultum) terlebih dahulu.
Hukum Shalat Tarawih
Hukum shalat tarawih adalah sunnah muakkad (yang sangat dituntut) dilaksanakan oleh orang-orang Islam, baik laki-laki ,aupun perempuan pada tiap-tiap malam di bulan Ramadhan baik secara sendiri-sendiri maupun berjamaah.
Imam al-Ghazali dalam bukunya ‘Rahasia-rahasia Shalat’ menjelaskan bahwa meskipun bisa dikerjakan sendiri-sendiri, tidak secara berjamaah, namun shalat tarawih yang dikerjakan dengan berjamaah akan lebih afdhol.
Shalat Witir
Shalat sunnah witir bukanlah shalat sunnah penutup yang kebanyakan orang pahami. Hal tersebut bisa dilihat lewat hadis Rasulullah SAW:
“Dari Khadijah bin hudzafah al ‘Adawi, ia berkata, ‘Nabi SAW keluar menemui kami, lalu bersabda, ‘Sesungguhnya Allah memerintahkan kalian untuk shalat, shalat tersebut lebih baik bagi kalian daripada unta merah; yaitu shalat witir. Allah telah memberikannya kepada kalian antara shalat isya sampai terbit fajar.” (Sahih tanpa kalimat “la hiya khairun lakum min humurin ni’am. Al-Irwa’ (423). Ash-Sahih 108, 1141. Dha’if Abu Daud 255).
Shalat witir adalah shalat yang dikerjakan dengan bilangan rakaat ganjil sebagai penutup shalat malam, dikerjakan menurut kemampuan masing-masing, boleh dengan satu rakaat, 3 rakaat, 5 rakaat, 7 rakaat, 9 rakaat atau 11 rakaat untuk memperoleh cinta Allah SWT. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW:
“Dari Abu Ayub Al-Anshari bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Shalat witir itu hak, barangsiapa yang ingin melakukannya, maka shalat witirlah lima rakaat, dan barang siapa yang ingin, maka shalat witirlah tiga rakaat, dan barangsiapa yang ingin melaksanakannya, maka shalat witirlah satu rakaat.'” (Sahih al-Misykah 1265. Shalat At-Tarwih. Shahih Abu Daud 1279).
Walaupun tradisi di Nusantara, shalat witir disebut sebagai penutup shalat tarawih, tetapi hal tersebut tidak berarti harus selalu dikerjakan pada akhir malam, dapat juga dilaksanakan pada saat awal atau tengah malam.
Dari Jabir ra, dia berkata, ‘Rasulullah SAW bersabda, ‘Barangsiapa khawatir tidak bisa bangun di akhir malam, maka hendaknya melakukan shalat witir di awal malam (setelah shalat isya), dan barangsiapa yakin akan bangun di akhir malam, maka hendaknya melakukan shalat witir di akhir malam, karena shalat witir di akhir malam itu mendapat penyaksian dan lebih utama.'” (HR. Muslim 2/174)
Bagi kamu yang tidak khawatir bakal tidak bangun di akhir malam, sebaiknya melakukan shalat witir sebelum tidur, sedangkan bagi mereka yang yakin bisa bangun di akhir malam untuk mengerjakan tahajjut, maka mengakhirkan mengakhirkan shalat witir sebagai penutup shalat malam, cara inilah yang paling afdol.
Namun walau demikian sudah menjadi tradisi masyarakat Indonesia khususnya pada bulan Ramadhan dimana setelah melaksanakan shalat tarawih langsung dilaksanakan witir berjamaah pula.
Keutamaan Shalat Tarawih
1. Akan mendapatkan ampunan dari dosa-dosa yang telah lalu. Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan (shalat tarawih) karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 37 dan no. 759)
2. Shalat tarawih bersama imam seperti shalat semalam penuh. Dari Abu Dzar, Nabi SAW pernah mengumpulkan keluarga dan para sahabatnya, beliau kemudian bersabda:
“Barangsiapa yang shalat malam bersama imam hingga ia selesai, maka ditulis untuknya pahala melaksanakan shalat satu malam penuh .” (HR. Ahmad dan Tirmidzi. Syaikh al-Albani dalam Al-Irwa’ 447 mengatakan bahwa hadis ini sahih).
Doa Setelah Sholat Tarawih
Berikut ini adalah doa setelah sholat tarawih yang bisa kita amalkan.
Demikianlah uraian penjelasan mengenai niat dan tata cara shalat tarawih, sejarah, hukum melaksanakannya, waktu pelaksanaan, bacaan, jumlah rakaat serta doa setelah sholat tarawih. Semoga kita bisa mengamalkannya secara maksimal di bulan Ramadhan ini dan mendapat derajat taqwa dari Allah SWT. AAamiin.