Pemanasan global telah menjadi isu utama bagi seluruh dunia. Isu ini selalu ditempatkan dalam daftar agenda terpenting pada kelompok mana pun yang peduli terhadap lingkungan. Dan karena hubungannya erat dengan gas-gas rumah kaca.
Pembahasan mengenai pemanasan global ini penting agar supaya para pembaca dapat mengetahui dan juga menyadari arti dan pengertian pemanasan global, penyebab, proses dan dampaknya.
Banyak orang yang menyadari bahwa untuk menghentikan pemanasan global, kita tidak dapat melakukannya sendiri, melainkan membutuhkan kerja sama yang melibatkan berbagai komunitas di dunia. Namun demikian, masih banyak orang yang tidak tahu tindakan apa yang harus dilakukan untuk menghentikan pemanasan global.
Sering sekali kita rancu membedakan antara dua istilah antara efek rumah kaca dan pemanasan global. Sebenarnya, efek rumah kaca adalah penyebab akumulasi panas di atmosfer yang menyebabkan perubahan iklim global dan pemanasan global adalah akibatnya yang menimbulkan perubahan suhu udara, curah hujan, dan musim. Lalu, apa sebenarnya pemanasan global atau global warming itu?
Pengertian Pemanasan Global

Pemanasan global adalah meningkatnya temperatur atau suhu rata-rata di atmosfer, laut dan daratan di bumi. Penyebab dari peningkatan yang cukup drastis ini adalah pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu bara, minyak bumi (yang biasa diolah menjadi bensin, minyak tanah, avtur, pelumas oli) dan gas alam, yang tidak dapat di perbaharui.
Pembakaran dari bahan bakar fosil ini melepaskan karbondioksida dan gas gas lainnya yang di kenal sebagai gas rumah kaca ke atmosfer bumi. Ketika atmosfer semakin kaya akan gas gas rumah kaca ini, ia semakin menjadi insulator yang menahan lebih banyak panas dari matahari yang dipancarkan ke bumi.
Penghasil terbesar dari pemanasan global ini adalah negara-negara industri seperti Jepang, Amerika Serikat, Inggris Rusia, Kanada, dan China, dan kain lain negara yang ada di belahan bumi bagian utara. Pemanasan global ini dapat terjadi karena bila konsumsi dan gaya hidup masyarakat negara-negara utara yang 10 kali lipat lebih tinggi dari penduduk negara selatan yang kebanyakan adalah negara-negara berkembang.
Meskipun kontribusi dari negara negara berkembang tidak sebesar dan setinggi dari negara industri, negara negara berkembang juga menghasilkan karbon dioksida dengan meningkatnya industri industri dan perusahaan tambang.
Proses Terjadinya Pemanasan Global

Selain negara yang di sebut tadi, ternyata Indonesia juga berperan mempunyai andil dalam pemanasan global karena menyumbangkan kerusakan hutan yang tercatat dalam rekor dunia sebagai negara yang paling cepat dalam merusak hutannya. Padahal selama ini sudah di ketahui bahwa hutan tropis adalah merupakan paru-paru dari bumi dan menyerap paling banyak karbon yang ada di udara.
Berdasarkan analisis geologi, temperatur planet Bumi telah meningkat beberapa derajat di bandingkan dengan 2000 tahun yang lalu ketika zaman salju gletser. Peningkatan itu pada mula nya berlangsung sangat lambat, yakni rata- rata hanya 0,2 C dari tahun 1000 hingga awal abad ke – 19. Namun semenjak tahun 1850, peningkatan temperatur ini melaju dengan sangat cepat, yakni 0,35C pada tahun 1910 – 1940 dan 0, 55C pada 1990 – 2000.
Banyak yang menyadari bahwa untuk mengurangi atau bahkan menghentikan pemanasan global, kita tidak dapat melakukannya sendiri, melainkan berbagai komunitas di dunia. Namun demikian, masih banyak orang yang tidak tahu tindakan apa yang harus di lakukan untuk menghentikan pemanasan global tersebut.
Bahkan yang lebih buruk lagi, masih ada banyak orang yang tidak peduli akan adanya isu pemanasan global ini. Mereka belum menyadari bahwa pemanasan global ini mempunyai dampak salah lingkungan yang serius, seperti bencana alam, berbagai penyakit, dan lain sebagainya.
Dampak Pemanasan Global

Akibat dari pemanasan global menjadikan banyak peristiwa terjadi di bumi ini. Bahkan akibat pemanasan global ini telah di rasakan oleh para penghuni bumi. Lalu apa sajakah dampak dari pemanasan global tersebut yang sudah di rasakan oleh manusia? Apa sajakah yang akan terjadi di masa mendatang baik bagi bumi maupun bagi kelangsungan hidup manusia?
Sesungguhnya, pemanasan global ini telah memicu berbagai perubahan kondisi bumi, di antaranya pencairan es di daerah kutub dan gletser, pelepasan gas gas beracun, dan perubahan iklim yang menimbulkan malapetaka bagi kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya yang ada di muka bumi ini.
1. Pencairan Es di Daerah Kutub dan Glester
Wilayah es Arktik di Kutub Utara pada dasarnya merupakan lautan beku yang dikelilingi oleh daratan yang sering di sebut dengan lingkaran Arktik (Arctic Circle). Sebaliknya, Antartika di Kutub Selatan pada dasarnya berupa daratan benua dengan wilayah pegunungan dan danau berselimut es yang dikelilingi oleh lautan.
Sekitar 90% es dunia ini terletak di benua Kutub Selatan. Jika es di Kutub Selatan itu mencair seluruhnya maka jumlahnya cukup untuk memenuhi tiga perempat kebutuhan air minum manusia di seluruh dunia. Kutub Selatan jauh lebih dingin suhunya jika dibandingkan dengan Kutub Utara.
Di Kutub Selatan ada lapisan es yang tidak pernah mencair sepanjang sejarah. Temperatur rata rata di Kutub Selatan adalah – 49° C. Sedangkan di Kutub Utara temperatur rata-ratanya lebih tinggi daripada Kutub Selatan yaitu sekitar -34° C.
Keberadaan es di daerah Kutub, baik Kutub Selatan maupun Kutub Utara memiliki peranan penting yang sangat vital bagi bumi kita ini, diantaranya adalah sebagai penyimpan metana beku dan karbon dioksida.
Peningkatan pencairan es di daerah kutub terjadi karena suatu siklus pencairan itu sendiri. Dr. Grefory Flato menjelaskan, es di kutub berwarna putih dan terang sedangkan lautan berwarna gelap. Jika es tersebut mencair maka sisi gelap yang terdiri atas laut dan daratan akan semakin luas sedangkan sisi putih atau sisi terang dari kutub akan semakin berkurang.
Daerah yang gelap akan menyerap radiasi matahari. Karena daerah yang menyerap radiasi matahari semakin luas, dan daerah yang memantulkan radiasi matahari makin kecil, maka secara total energi radiasi matahari yang di terima oleh Bumi menjadi semakin banyak. Akibatnya temperatur Bumi akan semakin tinggi sehingga semakin banyak pula es yang mencair. Sebenarnya, bongkahan es yang ada di kutub sangat penting untuk menahan pemanasan global dan menstabilkan iklim dunia.
Sekitar 80% radiasi matahari yang sampai ke lapisan es di kutub akan di pantul kan kembali ke luar angkasa. Oleh sebab itu, dengan berkurangnya es yang ada di kutub maka semakin banyak radiasi matahari yang terserap.
2. Pelepasan Gas Metana
Pencairan es, terlepasnya belting es, dan pecahnya belting es meningkatkan pelepasan gas- gas metana dan gas beracun ke atmosfer. Gas gas tersebut selain dapat meningkatkan pemanasan global juga dapat menimbulkan bencana bagi semua penghuni planet bumi ini.
Pada sekitar lebih dari 55 juta tahun yang lalu pernah terjadi malapetaka besar di bumi ini. Para ilmuwan menyebut itu dengan peristiwa Zaman Paleocene- Ecocene Thermal Maximum (PETM). Zaman itu, terjadi pelepasan karbon dioksida dan metana ke atmosfer secara cepat.
Kala itu, metana menyembur ke permukaan sehingga membuat pemanasan planet menjadi semakin cepat sehingga mengakibatkan kepunahan massal dan gangguan iklim. Setelah itu, bumi memanas dan memerlukan waktu 150.000 tahun untuk memulihkan kembali keadaan iklimnya.
Karbon dioksida ketika terlepas ke udara akan terakumulasi di atmosfer dan juga diserap oleh air laut. Pada dasarnya, bumi memiliki mekanisme untuk menstabilkan iklimnya. Namun proses mekanisme itu berlangsung sangat lamban dan memerlukan waktu ratusan ribu tahun.
Saat ini, terdapat gas metana beku dalam jumlah yang sangat besar. Diperkirakan ada ratusan miliar ton karbon dalam bentuk minyak bumi dan ada lebih dari dua ratus miliar ton metana berbentuk gas alam tradisional (LPG dan LNG).
Batubara, yang merupakan salah satu jenis bahan bakar fosil terbesar, di perkirakan mencapai satu miliar ton. Tapi metana beku yang berada di dasar laut di perkirakan mencapai ribuan miliar ton. Ini merupakan jumlah yang sangat besar, sehingga jika sebagian saja, misalnya 10% terlepas ke atmosfer maka hal itu dapat mengubah kadar CO2 di atmosfer menjadi 10 kali lipat.
3. Pengaruh Cuaca
Apabila daerah di bagian utara bumi (Kutub Utara) akan memanas lebih dari daerah daerah lain di bumi, maka dengan kondisi seperti ini akan berakibat diantaranya :
- Gunung-gunung es akan mencair
- Daratan akan mengecil
- Akan ada lebih sedikit es yang terapung di perairan sebelah utara
- Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami musim salju ringan dimungkinkan tidak akan mengalaminya lagi
- Di daerah sub tropis, bagian pegunungan yang ditutupi salju akan semakin sedikit karena salju yang cepat mencair
- Musim tanam akan menjadi lebih panjang di beberapa wilayah
- Temperatur akan cenderung meningkat ketika malam hari apalagi ketika musim dingin
- Karena banyaknya air yang menguap dari lautan menyebabkan daerah tropis menjadi semakin lembap
Namun para ilmuwan belum begitu yakin dengan pernyataan terakhir, apakah kelembapan akan mempercepat peningkatan atau malah penurunan efek pemanasan. Walaupun uap air merupakan gas rumah kaca yang akan meningkatkan efek penyekatan pada atmosfer, tetapi uap air yang berlimpah juga akan membentuk awan yang lebih banyak sehingga akan memantulkan cahaya matahari kembali ke angkasa. Hal ini yang akan menyebabkan menurunkan proses pemanasan bumi.
Selain itu, kelembapan yang tinggi juga dapat memberikan dampak sebagai berikut:
- Curah hujan akan meningkat. Kondisi yang terjadi saat ini, curah hujan telah meningkat sebesar 1 % dalam seratus tahun terakhir di seluruh dunia. Hal ini dikarenakan untuk setiap derajat Fahrenheit pemanasan bisa mengakibatkan kenaikan curah hujan sebesar 1%
- Badai akan menjadi lebih sering terjadi
- Air tanah akan cepat menguap
- Terjadi kekeringan di daerah daerah tertentu
- Angin cenderung akan bertiup lebih kencang dan dengan pola yang yang tidak searah atau berbeda- beda
- Terjadi nya badai topan akan menjadi lebih besar
- Beberapa periode yang sangat dingin mungkin terjadi
- Pola cuaca yang tidak terkondisi dan tidak bisa terprediksi dan terasa lebih ekstrim
4. Kenaikan Permukaan Laut
Ketika atmosfer mulai menghangat, maka lapisan permukaan lautan juga akan ikut menghangat. Hal ini menyebabkan volume permukaan laut akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pencairan es yang terjadi, dapat menimbulkan peningkatan tinggi muka air laut , karena peningkatan muka air laut itu 30% nya berasal dari es es yang telah mencair dan sisanya berasal dari pemuaian air akibat peningkatan temperatur.
Pemanasan juga akan mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland sehingga memperbanyak volume air di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat sekitar 10 sampai 25 cm selama abad ke- 20. Apabila separuh es di Greenland dan Antartika meleleh maka akan terjadi kenaikan permukaan air laut di dunia dengan rata- rata setinggi 6 sampai 7 meter. Daerah dengan lingkungan yang stabil secara geologi di gunakan sebagai tolak ukur dari tingginya kenaikan rata rata pada permukaan air laut.
Perubahan tinggi permukaan laut akan sangat mempengaruhi kehidupan di daerah pesisir pantai. Hal ini dapat dilihat dari beberapa contoh berikut :
- Apabila kenaikan permukaan air laut 100 cm maka akan menenggelamkan 6% daerah di Belanda; 17,5 % daerah di Bangladesh, dan banyak pulau- pulau yang akan hilang. Demikian juga di mungkin kan akan terjadi nya erosi dari tebing, pantai, dan bukit bukit pasir yang meningkat.
- Apabila kenaikan air laut mencapai muara sungai , banjir akibat air pasang pun akan meningkat di daratan
- Apabila kenaikan air laut sedikit saja, pengaruhnya akan cepat terlihat pada ekosistem pantai. Rawa-rawa akan terbentuk baru dan rawa rawa yang sudah ada di pantai akan tenggelam.
Dengan kejadian-kejadian di atas maka negara negara yang kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk melindungi daerah pantainya. Namun tidak demikian bagi negara negara yang bukan tergolong negara kaya. Negara yang bukan golongan negara kaya mungkin hanya dapat melakukan evakuasi dari daerah pantai ke tempat yang lebih tinggi.
5. Pengaruh Terhadap Pertanian
Pengaruh dari pemanasan global tidaklah sama di beberapa tempat, misalnya ada negara yang mendapat keuntungan lebih dari tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa tanam, yaitu Kanada bagian Selatan.
Namun, masyarakat di daerah pertanian gurun yang menggunakan saluran air irigasi dari gunung-gunung yang jauh dapat menderita jika kumpulan salju akan mencair sebelum bulan masa tanam. Dengan kondisi ini, tanaman tidak akan tumbuh, misalnya saja di Afrika.
Dampak pemanasan global yang mengakibatkan perubahan iklim terhadap ketahanan pangan di Indonesia antara lain sebagai berikut:
- Akibat naiknya temperatur bumi, menjadikan produktivitas dari petani menjadi turun khususnya petani yang berada di daerah pantai
- Akibat bencana kering dan banjir yang silih berganti yang merupakan akibat dari iklim ekstrim yang meningkat sehingga menjadikan sektor pertanian akan kehilangan produksi
- Pada wilayah yang rawan bencana kering dan terjadi banjir akan lebih rawan kekurangan pangan
- Tanaman pangan dan hutan dapat mengalami serangan hama dan penyakit yang lebih beragan dan lebih hebat.
6. Pengaruh Terhadap Hewan dan Tumbuhan
Selain manusia, hewan dan tumbuhan merupakan makhluk hidup penghuni bumi dan tidak dapat menghindar dari hal hal yang terjadi di bumi. Hewan dan tumbuhan tentunya juga kan mengalami kesulitan untuk berpindah atau beradaptasi karena sebagian besar lahan telah di kuasai oleh manusia. Dalam menghadapi pemanasan global, hewan akan berpindah mencari tempat yang agak dingin, yaitu ke daerah pegunungan atau ke arah kutub.
Karena tumbuhan merupakan makhluk yang tidak bisa bergerak sendiri maka tumbuhan akan menyesuaikan dengan iklim dalam hal pertumbuhannya. Tumbuhan yang bisa menyesuaikan tentu terus berkembang, namun untuk tumbuhan yang tidak dapat menyesuaikan tentu akan menjadi punah.
Mencari daerah baru untuk berpindah bukanlah hal yang mudah bagi para hewan dan tumbuhan karena terhalang pemukiman, perkotaan. Daerah industri atau lahan pertanian. Kepunahan tidak dapat terhindarkan jika spesies tersebut tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya.
7. Pengaruh Terhadap Kesehatan Manusia
- Mempengaruhi kesehatan tubuh manusia terhadap penyakit penyakit tular vektor, seperti demam berdarah dengeu (DBD) dan malaria. Kasus DBD tersebut dipengaruhi oleh curah hujan dan jumlah hari hujan. Semakin tinggi dan banyak jumlah hari yang turun hujan maka bisa semakin tinggi juga kasus DBD.
- Akibat stress panas yang mungkin terjadi bisa menjadikan Lebih banyak orang yang terkena penyakit atau bahkan sampai meninggal.
- Meningkatnya insiden alergi dan penyakit pernapasan karena udara yang lebih hangat akan memperbanyak polutan, spora mold dan serbuk sari.
- Meningkatnya penyakit-penyakit tropis lainnya seperti demam kuning dan enchepalitis.
Cara Mengatasi Pemanasan Global

Pemanasan global telah mencapai suatu titik kritis bagi seluruh penduduk bumi sehingga perlu segera diambil tindakan perbaikan. Untuk melakukan tindakan perbaikan ini tentu kita perlu mengetahui terlebih dahulu apa penyebab utama timbulnya pemanasan global ini serta solusi apa yang dapat di lakukan untuk mengatasi setiap masalah yang ada.
- Membiasakan untuk menggunakan dan memilih produk lokal apabila tersedia di daerah lingkungan sekitar. Dikarenakan produk lokal tidak membutuhkan banyak biaya untuk transportasi dan bahan bakar untuk pengiriman barang dari negara asalnya masuk ke Indonesia. Dan produk lokal juga tidak membutuhkan terlalu banyak pembungkus untuk proses pengirimnya.
- Cobalah membiasakan untuk menggunakan transportasi umum untuk mengurangi banyaknya asap yang keluar dari kendaraan bermotor yang akan menyumbangkan karbon di oksida nya ke udara.
- Matikan lampu atau listrik lainnya apabila sudah tidak terpakai. Apabila di perlukan di malam hari, maka gunakanlah lampu yang hemat energi
- Ingatkan saudara atau anggota keluarga untuk membersihkan filter udara mobil
- Bila memungkinkan, cobalah sarankan kepada keluargamu untuk menggunakan mobil hybrid yang hemat energi
- Gunakan alat-alat rumah tangga yang menggunakan listrik dengan bijak, misalnya mesin cuci, ketika mencuci pakaian usahakan hingga maksimum. Jangan menggunakannya untuk mencuci satu pakaian saja, karena bisa membuat pemborosan pada listrik.
- Kurangilah menggunakan tas plastik ketika berbelanja. Cobalah menggunakan tas kertas agar bisa di gunakan kembali ketimbang menggunakan plastik.
- Biasakanlah mandi menggunakan air dingin bila sedang tidak sakit. Hal ini bisa di lakukan untuk menghemat bahan bakar atau listrik yang di gunakan pada water heater atau pemanas air rumah.
- Filter AC yang kotor akan menyebabkan mesin bekerja keras dan membutuhkan listrik lebih banyak. Oleh sebab itu, pastikan untuk membersihkan filter AC secara teratur.
- Menghilangkan Karbon. Karena sebagian besar pencemaran udara berasal dari asap kendaraan bermotor. Sekitar 70% karbon dimonoksida (CO) di udara berasal dari asap kendaraan bermotor. Adapun 60% dari hidrokarbon (HC) dan oksida nitrogen (Nox) yang kita hirup juga berasal dari sektor tersebut. Namun secara keseluruhan, sumber utama emisi CO2 adalah sektor kehutanan dan energi yang mencapai 97%.
Ada beberapa cara yang di gunakan untuk menghilangkan karbon dioksida di udara, antara lain dengan cara sebagai berikut:
- Secara tidak langsung kita dapat melakukannya dengan menanam tanaman dalam jumlah banyak dan memeliharanya. Tanaman akan menyerap karbondioksoda untuk proses fotosintesis dan akan melepaskan oksigen ke udara. Di hampir seluruh dunia, angka perambahan hutan sangat tinggi sedangkan tanaman yang tumbuh kembali masih sedikit selalu dikarenakan tanah yang tidak subur. Upaya untuk reboisasi merupakan upaya yang tepat untuk menanggulangi dan menyeimbangi dengan semakin bertambahnya gas rumah kaca.
- Secara langsung dengan menginjeksikan gas karbon dioksida ke sumur sumur minyak. Hal ini di lakukan untuk mendorong minyak bumi keluar ke permukaan. Injeksi ini juga bisa di lakukan untuk mengisolasi gas ini di bawah tanah seperti dalam sumur minyak, lapisan batu bara, atau aquifer.
- Cara lain bisa dengan mengganti bahan bakar fosil dengan menggunakan bahan bakar alternatif, misalnya gas, biodiesel, dan lain sebagainya. Walaupun sebenarnya penggunaan bahan bakar gas juga melepaskan karbon dioksida namun lebih sedikit bila dibandingkan dengan minyak bumi atau pun batu bara.
Sebenarnya energi yang yang tidak melepaskan karbon dioksida adalah energi nuklir. Namun untuk penggunaan energi nuklir ini masih dalam perdebatan dan limbahnya yang dianggap sangat berbahaya.
Sekian artikan tentang pemanasan global dengan dampak dan solusi yang di gunakan. Marilah kita bersama – sama melakukan hal hal yang dapat mencegah terjadinya pemanasan global atau global warming. Semoga dengan adanya artikel ini, bisa menambah wawasan pembaca seputar pemanasan global. Semoga bermanfaat.