Asal Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia Menurut Para Ahli

Dari mana asal usul nenek moyang bangsa Indonesia? Bagaimana proses kedatangan mereka di Nusantara? Bagaimana persebaran mereka di berbagai kepulauan Nusantara? Kebudayaan apa yang mereka bawa?

Mari kita simak uraian di bawah ini.

Pendapat Para Ahli Mengenai Asal Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia

Pendapat Para Ahli Mengenai Asal Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia
©negarakesatuanri.blogspot.co.id

Beberapa ahli sejarah menyatakan bahwa bangsa Indonesia yang berbeda-beda mengenai asal usul nenek moyang bangsa Indonesia. Beberapa ahli berpendapat di antaranya sebagai berikut.

  • Drs. Moh. Ali menyatakan bahwa bangsa Indonesia berasal dari daerah Yunnan. Nenek moyang bangsa Indosnesia berasal dari hulu-hulu sungai besar di Asia yang datang ke Indonesia secara bergelombang. gelombang pertama daru tahun 3000-1500 SM dengan ciri-ciri kebudayaan Neolitikum dengan perahu bercadik satu. Gelombang yang kedua terjadi dari tahun 1500-500 SM dengan ciri-ciri menggunakan perahu bercadik dua.
  • Moens berpendapat bahwa bangsa Indonesia berasal dari daerah Mongol dan terdesak oleh bangsa-bangsa yang lebih kuat. Akibatnya mereka menyebar ke arah selatan hingga sampai ke wilayah Indonesia.
  • Prof. H. Kroom mengatakan bahwa asal usul nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari daerah Cina tengah karena pada daerah tersebut terdapat sumber-sumber penghidupan.

Kedatangan nenek moyang bangsa Indonesia membawa perubahan penting terhadap corak kehidupan asli. Merkalah yang memperkenalkan cara bercocok tanam. Selain berburu dan menangkap ikan, mereka juga memelihara hewan seperti kerbau, sapi, kuda, babi dan sebagainya. Selain untuk konsumsi, hewan-hewan tersebut juga digunakan sebagai binatang korban.

Walaupun cara bertani mereka masih sangat sederhana (dengan membakar hutan), tetapi waktu itu sudah merupakan kemajuan yang luar biasa. Oleh karena sudah menetap, didirikanlah perkampungan-perkampungan untuk tetap tinggal.

Saat menghadapi bangsa pendatang, penduduk asli memberikan reaksi yang tidak sama, ada yang bersikap memusuhi dan menolak kemudian pergi ke daerah pedalaman atau menuju ke Indonesia Timur. Namun ada juga yang menerima dan kemudian berbaur dengan bangsa pendatang tersebut.

Baca juga:  Interaksi Sosial (Pengertian, Syarat, Klasifikasi, Faktor, Pola, Dst. - Lengkap)

Persebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia

Persebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia
©wesaltv.id

Meskipun Homo wajakensis dan Homo erectus pernah hidup dan tinggal di Indonesia, beberapa dugaan bahwa keduanya bukan nenek moyang bangsa Indonesia. Kedua jenis manusia itu telah punah dari bumi Nusantara. Sama halnya nasib Australomelanesia yang juga diragukan sebagai nenek moyang bangsa Indonesia.

Berdasarkan ciri-ciri fisik bangsa Indonesia, terutama yang tinggal di kawasan timur, kita jumpai pewarisan Australomelanesia, yaitu tinggi, berkulit agak gelap, hidung lebih mancung, dan berambut kerinting. Ciri-ciri ini pun kadang-kadang muncul juga pada bangsa Indonesia yang tinggal di kawasan barat.

Ada beberapa dugaan asal usul bangsa Australomelanesid sebagai berikut. Pertama, keturunan langsung dari Homo wajakensis. Dugaan ini didasarkan atas ciri-ciri fisik ragawi. jadi, Australomelanesid adalah bangsa asli Nusantara. Kedua, keturunan langsung Proto Australoid yang pindah dari daerah sekitar laut tengah dan pernah menetap di India sebelum hadirnya bangsa Dravida. Namun sebagian dari mereka kemudian terdesak ke pegunungan menjadi kasta rendah dan sebagian lagi menuju ke timur termasuk ke Nusantara. Bahkan ada juga yang sampai ke Benua Australia. Persamaan ciri ragawi dan bahasa mendasari dugaan ini. Jadi, bangsa ini bukan asli Nusantara.

Dengan demikian, nenek moyang bangsa Indonesia tidak hanya bangsa Melayu austronesia, tetapi juga bangsa Australomelanesid walaupun dalam jumlah lebih kecil. Tidak diragukan lagi bahwa nenek moyang bangsa Indonesia adalah bangsa Melayu austronesia. Perpindahan dan persebaran bangsa Melayu austronesia ke Indonesia tidak terjadi sekaligus, tetapi berlangsung secara bertahap.

Nenek Moyang Bangsa Indonesia Adalah Bangsa Bahari

Nenek Moyang Bangsa Indonesia Adalah Bangsa Bahari
©wacana.co

Setelah tiba di kepulauan Nusantara, nenek moyang bangsa Indonesia mengembangkan tradisi perundagian. Diperkirakan bahwa tradisi perundagian di wilayah Indonesia dipengaruhi oleh tradisi yang sama dan telah lebih dahulu berkembang di daratan Asia sejak 3000 tahun SM (Kebudayaan Dongson).

Baca juga:  12 Inspirasi Desain Web Keren Dunia (plus Tips Desain Web untuk Pemula)

Dari Indonesia, bangsa-bangsa tersebut menyebar ke Madagaskar dan beberapa kepulauan di samudera Pasifik dan Selandia Baru di Pasifik Selatan. Pencampuran tersebut melahirkan tradisi baru  dalam sistem perundagian di tempat baru sehingga menjadi ciri khas kebudayaan di daerah yang mereka tinggali.

Bangsa Austronesia datang dari daratan Asia yang kemudian menjadi nenek moyang bangsa Indonesia tersebut memiliki kemampuan tinggi dalam berlayar menempuh lautan luas. Mereka juga menggunakan teknologi sederhana dengan cara membuat perahu bercadik untuk berlayar dari satu tempat ke tempat lain. Tentu saja pelayaran mereka juga bersifat evolusioner. Perjalanan dari pantai-pantai selatan Asia dilakukan dalam jangka waktu yang lama.

Dengan demikian, untuk mencapai daratan Indonesia, diperlukan beberapa puluh tahun atau ratusan tahun yang ditempuh oleh beberapa generasi.

Nenek Moyang Bangsa Indonesia Adalah Bangsa Agraris

Nenek Moyang Bangsa Indonesia Adalah Bangsa Agraris
©youtube.com

Selain sebagai bangsa bahari, nenek moyang bangsa Indonesia merupakan bangsa agraris. Mereka mengembangkan tanah yang ditempati untuk diolah menjadi lahan pertanian, peternakan, dan perkebunan. Tradisi bersawah, menurut ahli purbakala berasal dari Indonesia yang kemudian menyebar ke daratan Asia lainnya melalui Asia Tenggara

Dipadukan dengan kepandaian berladang dan berhuma yang sudah dikembangkan sebelumnya, terbentuklah tradisi mata pencaharian pertanian berupa tanaman padi di sawah dengan menggunakan sistem pengairan.

Dengan berkembangnya kemakmuran yang dicapai dari hasil pertanian, meningkat pula jumlah penduduknya. Kelompok-kelompok penduduk yang sudah bertempat tinggal tetap kemudian membentuk suatu perkampungan yang kelak berkembang menjadi sebuah desa. Di desa-desa itulah peradaban perundagian dan agraris dikembangkan. Mereka mulai mengembangkan teknologi sederhana dengan cara memproduksi alat-alat pertanian untuk mengolah sawah, untuk alat-alat rumah tangga, alat upacara, dan alat penebang pohon (kapak).

Dalam kegiatan pertanian, mereka mengolah lahan-lahan yang subur untuk menopang hidup mereka. Melalui proses evolusi dan sintesis budaya antarkelompok suku bangsa, terciptalah kepandaian baru dalam mengelola tanah, cara pembuatan alat-alat pertanian dari perunggu dan besi, serta pengetahuan tentang musim. Kepandaian mengolah sawah ini kemudian menjadi salah satu corak peradaban pra-aksara Indonesia yang diwariskan sampai sekarang.

Baca juga:  8 Fitur Website Ini Wajib Kamu Terapkan Biar Lebih User Friendly dan SEO

Nenek Moyang Bangsa Indonesia Adalah Bangsa yang Hidup Bergotong Royong

Nenek Moyang Bangsa Indonesia Adalah Bangsa yang Hidup Bergotong Royong
©bindercerita.blogspot.co.id

Nenek moyang bangsa Indonesia merupakan bangsa yang hidup bergotong royong. Corak hidup seperti itu masih terus dipertahankan sampai sekarang dalam berbagai bentuk dan tingkatan berbeda.

Hidup gotong royong berkembang pada masyarakat sejak zaman praaksara Indonesia, terutama ketika menghadapi tantangan alam. Ketika mereka membuka hutan belukar untuk ladang-ladang dan sawah, kerja sama antar anggota kelompok komunal sangat diperlukan. Pada masyarakat praaksara, belum dikenal konsep hak milik pribadi, yang ada adalah konsep milik bersama. Jadi, lahan yang dikerjakan bersama-sama oleh komunal menjadi milik semua orang yang mengerjakannya.

Dalam masyarakat yang hidup secara komunal, juga telah dikenal pembagian kerja yang teratur. Pembagian kerja tersebut harus dibuat dengan tata cara tertentu. Untuk itu, diperlukan orang yang mampu memimpin yang disebut pemimpin.

Selain itu, pemimpin juga bertugas mengawasi aturan, norma dan tradisi yang telah dianut bersama. Pelanggaran terhadap tradisi dikenakan sanksi sosial oleh anggota masyarakat, misalnya dengan dikucilkan. Oleh karena itu, semua anggota masyarakat berusaha menghindari pelanggaran terhadap norma dan tradisi bersama. Hidup secara rukun, saling menghormati antar anggota masyarakat merupakan salah satu corak kehidupan praaksara.


Sumber referensi:

  • Prawoto. 2007. Seri IPS Sejarah 1 SMP Kelas VII. Jakarta: Quadra Penerbit Yushistira
  • Supriatna, Nana. 2006. Sejarah Untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Grafindo Media Pratama
  • Waluyo dkk. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

Demikianlah uraian tentang asal usul nenek moyang bangsa Indonesia, semoga bermanfaat dan menambah wawasan kita.

Back to top button