Adab Menjenguk Orang Sakit Serta Hikmah dan Keutamaannya
Adab menjenguk orang sakit perlu diketahui sebelum menjenguk karena ketika berkunjung atau menjenguk orang sakit berbeda dengan hanya sekadar bertamu.
Sebagiamana kita ketahui, bahwa diantara sekian banyak amal shaleh yang ditekankan oleh syariat serta dijanjikan ganjaran yang besar bagi yang melaksankannya ialah menjenguk orang sakit. Yang paling jelas adalah sebuah sabda Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Bara’ bin Azib ra, beliau mengatakan:
“Rasulullah SAW menyuruh kami untuk mengerjakan tujuh perkara: ‘Beliau memerintahkan kami supaya mengiringi jenazah, menjenguk orang sakit, memenuhi undangan, menolong orang yang terzhalimi, membantu melepas (kafarah) sumpah, menjawab salam dan mendo’akan orang yang bersin“. HR Bukhari no: 1239. Muslim no: 2066.
Berikut adab menjenguk orang sakit yang perlu diketahui;
Kapan waktu seharusnya menjenguk orang sakit?
Menjenguk orang sakit dapat dilakukan kapan saja, selama tidak merepotkan si sakit dan keluarganya. Tidak ada keterangan waktu-waktu tertentu yang pernah diterangkan oleh Rasulullah SAW.
Meski dapat menjenguk kapan saja, sebaiknya jeli mencari waktu yang tepat untuk menjenguk dengan memperkirakan kondisi si sakit dan keluarganya, sedang beristirahat atau tidak, keluarganya sibuk atau tidak atau sedang banyak tamu dan lain sebagainya yang perlu dipikirkan sebelum berkunjung.
Berapa lama saat melakukan kunjugan?
Adab menjenguk orang sakit, sebaiknya dipersingkat, jangan berlama-lama agar tidak membebani atau bahkan menambah penderitaan si sakit ataupun malah merepotkan keluarganya. Kecuali memang keluarga yang meminta atau si sakit yang ingin penjenguknya berlama-lama, karena hal tersebut akan memberikan dukungan moral dan kegembiraan bagi si sakit.
Hal tersebut pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW terhadap sahabatnya yang menjadi korban Khandaq. Ketika itu Nabi SAW memerintahkan agar sahabatnya yang sakit dibuatkan kemah di dalam masjid agar beliau bisa menjenguknya dari dekat (Al-Bukhari no. 463)
Dimana posisi orang yang menjenguk?
Adab menjenguk orang sakit dalam hal posisi tempat duduknya adalah dianjurkan duduk di sisi kepala si sakit sebelah kanan, hal ini untuk membuat suasana akrab dengan si sakit dan memudahkan penjenguk untuk memberikan dukungan moral, menyentuh, memanjatkan doa, meruqyah dan lainnya kepada si sakit.
“Adalah Nabi SAW ketika menjenguk orang sakit, beliau duduk di sisi kepalanya.” (HR. Al-Bukhari dalam Adabul Mufrad, no. 636)
Menanyakan keadaan si sakit
Sebaiknya ketika sudah berada di sisi orang sakit untuk menanayakan keadaannya. Hal ini akan memberikan dukungan moral padanya, menunjukkan bahwa Anda berharap si sakit segera sembuh.
Seperti yang dilakukan Aisyah ra ketika Rasulullah SAW tiba di Madinah. Abu Bakar dan Bilal terkena demam. Kemudian kata Aisya, aku menemui mereka dan bertanya, Ayah, bagaimana keadaanmu? Wahai Bilal, bagaimana keadaanmu? (HR. Al-Bukhari no. 5654)
Jangan mengajak si sakit bercerita panjang lebar
Dianjurkan untuk tidak memberikan pertanyaan kronologis musibah atau penyakit terlalu panjang lebar, bertanya secukupnya saja karena memberi pertnyaan dan bercerita panjang lebar bisa saja membebani si sakit atau keluarganya.
Salah satu tujuan membesuk orang sakit adalah untuk meringankan penderitaannya, oleh sebab itu jangan sampai malah menambah beban si sakit ataupun keluarganya.
Hibur dan berikan keyakaninan bahwa dia akan sembuh
Hibur si sakit dengan memberinya harapan sembuh, misalnya dengan mengatakan; ‘Penyakit ini tidak berbahaya, insyaAllah akan segera sembuh, tidak perlu khawatir.’
Hibur si sakit dan keluarganya pula dengan menyampaikan pahala-pahala yang akan mereka dapatkan, seperti hadis berikut;
‘Setiap muslim yang terkena musibah penyakit atau yang lainnya, pasti akan Allah hapuskan berbagai kesalahannya, seperti sebuah pohon meruntuhkan daun-daunnya.’ (HR. Muslim)
Tidak mengucapkan sesuatu kecuali yang baik-baik
Setiap kalimat yang kita sampaikan kepada si sakit maupun keluarganya harus dijaga, jangan asal ceplas-ceplos. Ucapkan kalimat baik dan memotivasi sehingga bisa meringankan penderitaannya. Jangan sampai apa yang kita ucapkan malah menimbulkan rasa cemas dan takut terhadap si sakit dan keluarganya.
Jangan penah mencoba menceritakan tentang seseorang yang mengalami penyakit/musibah yang sama yang berakhir dengan kematian atau cacat seumur hidup. Jikalaupun harus menceritakan dengan maksud agar si sakit dan keluarga lebih berhati-hati dan waspada, sebaiknya dikemas dengan kalimat-kalimat yang baik.
Berusaha memahami keadaan dan keluahan si sakit
Ketika menjenguk orang sakit, kadang kita mendapatinya mengeluh, kita harus memahami kondisi dan kalimat yang dia sampaikan
Apabila keluhan disampaikan dengan ekspresi kejengkelan dan kekesalan, ingatkan dia, karena hal tersebut dilarang olah Allah SWT, dinasehati dengan cara yang baik. Tetapi ketika dia ucapkan untuk memberikan informasi tentang penyakitnya, maka hal tersebut tentu saja boleh, maka dengarkan dia dan berikan dukungan moral dengan keutamaan yang akan dia dapatkan.
Seperti hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud:
“… tidaklah seorang muslim mengalami penderitaan -sakit dan sebagainya- melainkan Allah akan merontokkan keburukan-keburukannyaa sebagaimana pohon merontokkan daunnya.” (HR. Bukhari no.5667)
Bolehkah menampakkan kesedihan dan menangis di tempat orang sakit?
Yah, hukumnya boleh, sebagimana yang pernah Rasulullah SAW lakukan.
Abdullah bin meriwayatkan,
‘Sa’ad bin Ubadah pernah mengeluhkan sakit yang dideritanya, kemudian Nabi SAW datang menjenguknya bersama dengan Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash dan Abdullah bin Mas’ud. Ketika beliau menemuinya, beliau mendapatinya sedang dikerumuni oleh keluarganya. Lalu beliau bertanya, ‘Apakah dia sudah meninggal?’ Mereka menjawab, ‘Tidak ya Rasulullah!’ Nabi SAW menangis, dan ketika orang-orang melihat tangisan nabi, maka mereka pun menangis. Lalu beliau bersabda, ‘Tidakkah kalian mendengar, sesungguhnya Allah tidak mengazab karena linangan air mata maupun kesedihan hati, melainkan mengadzab karena ini -dan beliau menunjuk ke arah lidahnya- atau Dia berbelas kasih. Dan sesungguhnya mayit itu akan disiksa karena tangisan keluarganya yang meratapi (kepergian) nya.’ (HR. Al-Bukhari no.1304)
Mendoakan si sakit
Ketika menjenguk orang sakit, kita dianjurkan berdoa agar si sakit diberi rahmat, ampunan dosa, keselamatan dan terbebas dari penyakit yang diderita.
Dari Ummu Salamah, bahwa Rasulullah SAW bersabda;
“‘Apabila kamu mendatangi orang sakit atau mayit, maka ucapkanlah kata-kata yang baik. Karena sesungguhnya malaikat mengamini apa yang kamu ucapkan.’ Kemudian, kata Ummu Salamah, ketika Abu Salamah meninggal dunia, aku pun mendatangi Nabi SAW seraya mengatakan, ‘Ya Rasulullah, Abu Salamah sudah meninggal dunia.’ Beliau lantas bersabda, ‘Ucapkanlah: Ya Allah, ampunilah aku dan dia, dan berilah aku pengganti yang baik.‘ Ummu Salamah berkata, ‘Lalu aku mengatakannya. Kemudian Allah memberiku pengganti yang lebih baik bagiku daripada dia (Abu Salamah), yakni Muhammad SAW.’” (HR. Muslim no.919)
Bolehkan menjenguk lawan jenis yang sakit?
Yah, boleh. Wanita boleh saja menjenguk laik-laki yang menderita sakit, begitu pun sebaliknya meski bukan mahram. Namun ada syarat yang perlu dipenuhi, menutup aurat, tidak beduaan dan aman dari fitnah.
Ibnu Syihab meriwayatkan dari Abu Umamah bin Sahal bin Hanaif, ‘bahwa dirinya diberitahu bahwasanya ada seorang wanita miskin yang sedang sakit, kemudian Rasulullah SAW pun diberitahu tentang sakitnya wanita tersebut. Dan Rasulullah SAW dahulu suka menjenguk orang-orang miskin dan menanyakan keadaan mereka.” (HR. Malik, Al Muwaththo’ no.531)
Dianjurkan pula meruqyah si sakit
Ketika menjenguk orang sakit, juga dianjurkan untuk melakukan ruqyah terhadapnya. Terutama jika si penjenguk termasuk orang bertakwa dan sholeh.
Diantara ruqyah yang disyariatkan adalah ruqyah dengan mu’awwidzatain (surah al-ikhlas, al-falaq dan an-nas), dengan surah al-fatihah dan dengan doa.
(+) Hikmah dan keutamaan menjenguk orang sakit
Keutamaan menjenguk orang sakit sangat besar, seperti dijelaskan dalam hadis berikut.
Beliau (Rasulullah SAW) bersabda: “Jika seseorang berkunjung kepada saudaranya yang muslim (yang sedang menderita sakit), maka seakan-akan dia berjalan-jalan di syurga hingga duduk. Apabila sudah duduk, maka dituruni rahmat dengan deras. Apabila dia berkunjung di pagi hari maka tujuh puluh ribu malaikat mendoakannya agar mendapat rahmat hingga sore hari. Apabila dia berkunjung di sore hari, maka tujuh puluh ribu malaikat mendoakannya agar diberi rahmat hingga pagi hari”. (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, lihat Shahih Ibnu Majah: 1/244 dan Shahih Tirmidzi: 1/286. Ahmad Syakir menyatakan bahwa hadits tersebut adalah shahih)
“Siapa saja menjenguk orang sakit atau mengunjungi sadaranya karena Allah, maka malaikat berseru, ‘Engkau adalah orang yang baik, langkahmu adalah langkah yang baik, dan engkau telah mendapatkan suatu posisi di surga’ “(HR.Tirmidzi, dari Abu Hurairah r.a).
***
Demikian adab menjenguk orang sakit dan hikmah serta keutamaannya berdasarkan beberapa hadis. Meskipun menjengkuk orang sakit hukumnya tidak wajib, namun kita harus tetap meluangkan waktu untuk menengok kerabat atau teman kita yang mengalami musibah.
Semua orang suatu saat pasti mengalami musibah, tentu kita akan berbahagia jika ada yang menengok. Namun sebaiknya Anda menjaga kesehatan. Musim yang tidak menentu seringkali menimblkan berbagai penyakit, baca juga artikel berikut ini untuk mencegahnya. Semoga bermanfaat.